TAWURAN
Dalam kerusakan di kawasan, mereka melakukan aksi anarkis tersebut kebanyakan dari para pelaku tawuran yang tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang telah mereka perbuat. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
Pencitraan yang baik yang telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu kepala sekolah, jajaran guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang lain akan pudar dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru akan berkurang. Dan minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya di sekolah tersebut berkurang pula.
Tawuran antar pelajar selain merugikan secara material juga mengakibatkan adanya korban jiwa. Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam seperti batu, clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik korban luka ringan maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal. Hal ini sangat merugikan bagi diri sendiri maupun keluarga korban yang ditinggalkan.
Contohnya keresahan masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada di lokasi saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi berhadapan dengan kelompok pelajar.
Tawuran merupakan bentuk penyimpangan
sosial yang berupa perkelahian. Tawuran atau yang sering disebut dengan Tubir
adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di
kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Sebab tawuran ada beragam, mulai dari
hal sepele sampai hal-hal serius yang menjurus pada tindakan bentrok. Hal yang
di anggap sepelepun dapat menjadi masalah serius bagi kalangan pelajar saat
ini. Sehingga dapat menyebabkan konflik dan berujung dengan perkelahian.
Tawuran dapat menyebabkan perpecahan di kalangan para pelajar.
Tawuran antar pelajar yang ada di
Indonesia saat ini sudah menjadi agenda rutin dan sepertinya sudah membudaya
dalam kalangan mereka. Banyak tawuran yang terjadi antar sekolah hanya karena
dendam dari alumni yang tidak terbalas
dan akhirnya menjadi budaya turun temurun yang susah untuk dihapuskan atau
dihilangkan dari sekolah tersebut. Apabila tawuran tetap ditumbuh kembangkan di
kalangan pelajar maka akan menimbulkan dampak negatif berupa kerugian. Tidak
hanya bagi mereka para pelajar dan sekolah yang bersangkutan, namun juga
masyarakat sekitar.
Dampak negatif tersebut, antara lain :
a. Rusaknya kawasan akibat tawuran
b. Rusaknya citra baik sekolah
c. Adanya korban jiwa
d. Dampak psikis
Perbandingan tawuran pelajar di Desa
dan Kota.
Perbandingan tawuran di kota dan
desa pastinya berbeda. Kemungkinan tawuran di kota lebih besar jika
dibandingkan dengan tawuran di desa. Anak remaja di kota lebih modern dan lebih
luas bergaulnya dibandingkan dengan di desa. Karena pergaulan yang semakin
luas, tentu saja dapat menimbulkan konflik antar pelajar. Dari hal sepele
karena mempunyai dendam pribadi dan berakhir dengan tawuran antar sekolah. Sedangkan
di desa, anak remajanya cenderung masih tradisional. Tidak melakukan banyak
kekerasan seperti tawuran tsb. Adat istiadat dan budaya di desa masih sangat
kental jika dibandingkan di kota yang budayanya sudah memudar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar